UANG = UTANG

UANG FIAT = UTANG + BUNGA

Bank Indonesia (BI) akan meluncurkan pecahan uang kertas nominal Rp. 75.000. Peluncuran itu akan dilakukan pada Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke-75, yaitu pada Hari Senin, tanggal 17 Agustus 2020. BI telah mencetak uang pecahan baru itu sebanyak 75 juta lembar.

Apabila kita hitung jumlah uang pecahan baru ini yaitu senilai Rp. 75.000 x 75.000.000 = Rp. 5.625.000.000.000 (5 Triliun Enam Ratus Dua Puluh Lima Miliar Rupiah).

Karena itu kita akan bahas apa arti dan implikasi dari penerbitan uang baru seperti disampaikan di atas.

Saat bank sentral mencetak uang baru, sebagaimana berita di awal tulisan ini, atau katakanlah menjelang lebaran; BI mencetak uang sebanyak 5,625 trilliun. Pertanyaannya, bagaimana cara uang tersebut didistribusikan? Apakah BI bawa helikopter menyebar uang itu ke seluruh penjuru negeri? Tidak. Jadi bagaimana cara distribusinya? Caranya yaitu dengan disalurkan melalui bank-bank umum.

Pertanyaan berikutnya, apakah cuma-cuma? Tidak. Tapi sebagai utang. Dan utang itu diberi bunga. Katakanlah 5%. Jadi baru keluar dari pabrik, fiat money itu sudah mengandung bunga sebanyak 5%.

Selanjutnya, bagaimana cara bank-bank itu menyebar uang kepada masyarakat, kepada kita? Yaitu melalui transaksi sewa-menyewa uang. Uang disewakan kepada masyarakat dengan biaya sewanya adalah senilai suku bunga tertentu. Jadi uang itu disebarkan melalui utang lagi. Utang uang, yang dipergunakan untuk membeli mobil, untuk beli rumah, mendanai berbagai jenis proyek, dan lain sebagainya. Dikasi bunga, katakanlah 15%. Maka, uang yang sampai ke kita ini sudah mengandung bunga 5% ditambah 15%, totalnya 20%.

Jadi kalau uang dicetak senilai 5,625 triliun, bunganya 20%, berapa bunganya? Seperlimanya: 1,125 triliun. Lantas, ada gak uangnya sebanyak 1,125 triliun itu. Ya gak ada. Coba bayangkan, bahwa total jumlah uang yang beredar adalah uang yang sudah ada ditambah dengan uang baru. Kita ulangi, BI cetak uang Rp. 5,625 triliun, terus bunganya 1,125 triliun. Darimana uang 1,125 triliun itu datangnya? Simsalabim. Sihir. BI harus cetak uang lagi untuk bisa membayar bunganya itu. Dan diedarkan lagi dengan cara yang sama, dibebani bunga lagi dan seterusnya dan seterusnya.

Ini adalah perangkap utang riba di zaman negara modern saat ini. Utang yang takkan kunjung bisa dilunasi.

Solusi

Kegelapan itu sesungguhnya tidak ada. Karena kegelapan itu adalah ketiadaan cahaya. Karena itu kita harus menghadirkan cahaya, yang secara otomatis akan mengusir kegelapan. Hadirkan cahaya, maka kegelapan akan musnah.

Karena itu, uang kita harus berupa komoditi yang memiliki nilai intrinsik. Bukan kertas yang nilainya dibuat-buat, sampai berupa byte komputer belaka. Dalam Al-Qur’an Surat Ali Imran: 75, dan QS Yusuf: 20, Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman tentang uang yang sesungguhnya yaitu dinar (koin emas 4,25 gram Au 91,75%) dan dirham (koin perak murni 2,975 gram). Dan Nabi Muhammad Shalallaahu ‘alaihi wasallam menjabarkan lebih lanjut, bahwa komoditas bernilai itu adalah emas, perak, gandum, jewawut, kurma dan garam.

Yang terbaik adalah emas dan perak. Karena kalau kurma, di Indonesia gak ada kurma. Tapi kalau di negeri ini tidak ada emas, tidak ada perak, tidak ada kurma, maka beras bisa dipakai sebagai uang. Yang penting memenuhi syarat sebagai alat tukar: tidak mudah rusak, bisa dipecah dalam unit hitung atau ada standar hitungannya, ada timbangannya.

Jadi, yang menguasai kita hari ini siapa? Bank sentral. Dan bank sentral itu bukan bagian dari pemerintah. Bank sentral adalah anggota IMF, dan anggota dari bank sentralnya bank sentral, Bank for International Settlements (BIS) yang berpusat di Basel, Swiss. Dan bank-bank sentral itu adalah perusahaan swasta. Jadi, selama bank sentral berkuasa, kita tidak merdeka. Dan ketidakmerdekaan itu adalah karena kita diikat dengan sistem riba.

Dan kita punya jalan keluarnya, yang diajarkan oleh Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wasallam, yang berasal dari Allah Subhaanahu wa Ta’aala, yaitu berjual beli yang halal untuk menggantikan riba yang haram, serta dengan menyuburkan sedekah.

Tinggalkan komentar