PEMISKINAN GLOBAL

PEMISKINAN GLOBAL
Globalisasi atau Miskinisasi?

Seperti kita ketahui bersama, banyak elemen masyarakat, apakah pribadi, organisasi, institusi, komunitas, termasuk berbagai badan amil zakat yang berupaya mengatasi kemiskinan di Indonesia. Namun sepertinya upaya itu hilang begitu saja atau tak tampak hasilnya. Ormas-ormas Islam juga banyak melakukan program pemberdayaan masyarakat miskin di berbagai tempat, namun upaya itu sangat mudah bubar tergilas oleh kapitalisme global.

Orang menjadi miskin itu kebanyakan bukan karena mereka malas bekerja. Banyak sekali orang miskin yang justru bekerja banting tulang 24 jam sehari. Mereka menjadi miskin karena hidup di dalam sistem yang menciptakan kemiskinan dan mendukung penindasan terhadap orang miskin. Cara-cara tradisional dalam pengentasan kemiskinan, terutama yang bersifat karikatif, terlihat tak berdaya dan kedodoran menghadapi sistem kapitalisme global dan pemiskinan struktural oleh negara terhadap rakyatnya.

Kondisi inilah yang menyebabkan seorang cendikiawan Islam negeri ini, almarhum Moeslim Abdurrahman, menawarkan pemaknaan dan penerapan baru upaya pengentasan kemiskinan. Bagi Kang Moeslim, pertama, definisi orang miskin itu tak boleh dibatasi pada mereka yang miskin secara ekonomi. Orang miskin adalah mereka yang mengalami marjinalisasi sosial (dipinggirkan), dan mereka yang mengalami subordinasi sosial (direndahkan). Kedua, bagaimana menerapkan upaya pengentasan kemiskinan bagi orang-orang miskin kontemporer itu? Caranya tentu tak bisa dilakukan dengan semata-mata memberi mereka uang, tapi melawan sebab-sebab yang membuat mereka miskin, seperti budaya kemiskinan (culture of poverty) dan kapitalisme global.

Sekarang kita melihat sejenak situasi sosial ekonomi di dunia saat ini. Mengutip Frasminggi Kamasa dalam bukunya, The Age of Deception, Riba Dalam Globalisasi Ekonomi, Politik Global, dan Indonesia :
_______________
Saat ini kita hidup di dunia dengan kondisi 1% dari penduduk bumi memiliki 40% dari seluruh kekayaan bumi. Di dunia yang 34.000 anak-anaknya mati setiap hari akibat kemiskinan dan penyakit-penyakit yang mestinya bisa disembuhkan, dan 50% dari penduduknya hidup kurang dari US$ 2 per hari. Statistik tersebut dengan jelas menunjukkan ada yang salah di dunia ini.¹

1. Zeitgeist Addendum, https://youtu.be/c-M_kVZTf50, Zeitgeist Movement Activist and Orientation Guide http://www.youtube.com/watch?v=3Ngs-tOybJc

Menurut Laporan Kekayaan Global tahun 2011 (Global Wealth Report) dari Credit Suisse, para jutawan dan miliarder di dunia kini menguasai 38,5% kekayaan dunia. 29,7 juta penduduk dunia dengan kekayaan sebesar US$ 1 Juta (mewakili kurang dari 1% penduduk dunia) menguasai kekayaan dunia sebesar US$ 89 triliun. Statistik ini mengalami kenaikan dari 35,6% di tahun 2010, dan kekayaan mereka meningkat sekitar US$ 20 triliun, menurut Credit Suisse. Dengan kata lain, kekayaan para miliuner ini tumbuh 29%, sekitar dua kali lebih cepat sebagaimana kekayaan di dunia secara keseluruhan, yang kini mencapai US$ 231 triliun.² Diperkirakan bahwa 225 orang terkaya di dunia saat ini menguasai kekayaan dunia melebihi 2,5 miliar penduduk dunia yang paling miskin dan tiga orang yang paling kaya sedunia menguasai kekayaan lebih daripada kekayaan 48 negara.³

2. http://www.huffingtonpost.com/2011/10/19/millionaires-control-near_n_1020541.html

3. http://facingthefuture.org/ https://www.msu.edu/~esheteay/factfile.htm
http://www.globalissues.org/article/715/today-21000-children-died-around-the-world
http://heartsandminds.org/poverty/hungerfacts.htm

Menurut John Perkins, 5% dari penduduk dunia, yakni penduduk AS, mengonsumsi 25% dari sumber daya dunia dan ini sangatlah tidak adil. Mereka seperti gurita raksasa yang mencengkeram semuanya dan kemudian membagi-bagikannya kepada bangsanya sendiri. Kita menjalani kebohongan yang sangat akut saat ini. Penduduk AS bisa berlimpah kekayaan, sementara 3/4 penduduk dunia hidup dalam kemelaratan. Setiap hari 24.000 orang mati karena kelaparan dan 30.000 anak-anak mati karena berbagai wadah penyakit.

Masyarakat dunia dibuat dalam kehidupan yang tragis, melarat, memprihatinkan, dan menderita. Dari 5% penduduk AS itu, tidak lebih dari 1%-nya yang menguasai lebih banyak sumber daya AS daripada 99% yang berada di bawah (dalam piramida masyarakat).⁴ Dengan kata lain, 25% sumber daya dunia yang dikuras oleh 5 persen penduduk dunia yaitu penduduk AS, hanya dinikmati oleh 1% dari penduduk AS tersebut. Statistik ini menunjukkan kekayaan tidak lagi berputar di dalam ekonomi sehingga yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. Ini juga menunjukkan bahwa terdapat segelintir orang yang sangat kaya sedang berkuasa duduk di atas penderitaan orang lain. Terdapat kesenjangan atau ketimpangan yang amat lebar di dunia saat ini.

4. http://www.mindfully.org/Sustainability/Americans-Consume-24percent.htm
https://www.gfmag.com/global-data/economic-data/worlds-richest-and-poorest-countries
http://www.guardian.co.uk/money/2006/dec/06/business.internationalnews

Frasminggi Kamasa, THE AGE OF DECEPTION: Riba Dalam Globalisasi Ekonomi, Politik Global, dan Indonesia, Gema Insani, Jakarta, 2012, hal 8-9.
_______________

Situasi sosial ekonomi dunia yang dilanda kemiskinan akut dan kesenjangan begitu dalam sebagaimana digambarkan dalam data dan tulisan di atas, membuat kita resah dan bertanya, ada apa dengan dunia? Di mana rasa persaudaraan, kasih sayang, dan cinta antarsesama manusia? Di mana hak asasi manusia? Di mana letak keadilan sosial? Di mana demokrasi dan pemerataan kesejahteraan itu?

Lantas, benarkah ini merupakan upaya pemiskinan oleh golongan tertentu? Semoga penjelasan di bawah ini bisa menjawabnya.

Tiga Pilar Kapitalisme Global

Dalam bukunya yang berjudul Satanic Finance, True Conspiracies, A. Riawan Amin menyampaikan tentang tiga pilar kapitalisme global yang ia namakan sebagai Satanic Finance. Satanic Finance adalah sebuah praktek kotor para setan dalam mendominasi sistem ekonomi yang berkonsentrasi pada keuangan dunia. Praktek-praktek yang dilakukan hanya punya satu tujuan, yaitu menghancurkan perekonomian dunia, menggencarkan kemiskinan yang berakibat pada tindak kriminal dan kejahatan lainnya serta memudarkan sisi kemanusiaan dan keberadaban yang berujung pada penjerumusan manusia ke dalam neraka.

The Three Pillars Of Evil atau Tiga Pilar Setan yang diawali dengan sebuah ilustrasi dalam kisah Sukus dan Tukus dimana kedua suku ini yang awalnya hidup dalam keharmonisan dengan kekayaan alam dan kebersamaannya dan pada akhirnya mulai memudar hingga hilang dan berakhir dengan kemiskinan karena pengaruh buruk sistem ekonomi setan yang dikemas dengan cerita yang semenarik mungkin diceritakan kepada penduduk suku hingga mereka terpengaruh dengan rayuan dua utusan setan ini. Diawali dengan penukaran sistem transaksi dengan menggunakan (1) uang kertas (fiat money) yang diciptakan tanpa didukung (backed) dengan logam mulia. Ketika penciptaan uang melebihi jumlah barang, inflasi terjadi dan harga-harga barang dan jasa terus naik hingga menimbulkan kemiskinan di mana-mana. Berlanjut pada (2) syarat cadangan wajib (Fractional Reserve Requirement/Fractional Reserve Banking) yang mensyaratkan setiap bank di wilayah otoritasnya menyimpan sebagian kecil dana yang disetorkan deposan sebagai cadangan untuk memenuhi kondisi normal permintaan deposan yang menarik depositonya. FRR/FRB menempatkan bank (bukan hanya bank sentral) sebagai agen yang turut menggandakan uang secara tidak langsung melalui kredit yang diberikan bank dari dana deposito deposan dan akhirnya dilengkapi dengan (3) sistem pengkutipan bunga (interest) yang diartikan sebagai biaya servis pinjaman. Tiga pilar satanic finance ini menguasai umat manusia dengan sistem riba yang merusak.

Dulu pada masa jahiliyah di Madinah, para rentenir mencari nafkah dengan meminjamkan uang. Saya pinjami Anda 200 ribu rupiah dan Anda wajib mengembalikan kepada saya 400 ribu rupiah. Waktu adalah hal yang menyebabkan kenaikan. Hal ini dikenal dengan istilah utang dengan bunga. Dengan kata lain, para rentenir berpendapat bahwa waktu sama dengan uang. Allah Subhaanahu wa Ta’aala menolaknya dengan ayat yang sangat indah dalam surah An-Najm ayat 38, Az-Zumar ayat 7, Faathir ayat 18, Al-Israa’ ayat 15 yang semuanya bermakna jika kita tidak menanam, kita tidak boleh memanen. Kita hanya boleh memanen apa yang kita tanam. Manusia tidak berhak atas apa pun selain yang ia kerjakan. Saat rentenir memberikan utang, ia tidak sedang menanam tetapi sedang memanen karena uangnya bertambah melalui “perampokan”.

Indonesia dan dunia saat ini terjerat oleh riba sehingga rasa ketakutan terus melanda dan kemiskinan terus bertambah. Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah suatu kaum tampak di antara mereka riba, melainkan akan ditimpa kemarau panjang (kemiskinan) dan tidaklah suatu kaum di antara mereka suap menyuap (korupsi) melainkan akan ditimpa rasa takut.” (HR. Ahmad). Bukankah Indonesia pada khususnya dan dunia pada umumnya keadaannya seperti itu sekarang? Jika Allah berkata bahwa tidak boleh memanen kecuali kita menanam dan bank memanen tanpa menanam, bagaimana kita menjelaskannya? Bank memanen tanaman orang lain. Para bankir, rentenir, lintah darat atau tengkulak hidup dari keringat orang lain. Para bankir dan rentenir adalah orang yang curang, penindas, tidak amanah, tidak memegang janji, dan tidak jujur pada diri sendiri dan masyarakat.

Rentenir hari ini berkedok sebagai orang beradab yang disebut bankir. Tentu saja tidak semua bankir. Bagi mereka yang tidak menerapkan riba, menyadari kekeliruannya, dan ingin berubah dari jalan gelap menuju terang benderang mereka ini pengecualian. Tetapi, adakah saat ini para bankir yang tidak menerapkan riba? Mereka hidup dari keringat orang lain. Itulah mereka saat ini. Ini adalah bentuk penindasan, perbudakan, dan penjajahan. Ini adalah zalim (aniaya), yaitu satu orang duduk dengan sangat nyaman di rumah mewah di kawasan elit, punya kolam renang, mengendarai mobil mewah, dan liburan keluar negeri sementara manusia lainnya harus bekerja layaknya keledai demi menjadikan mereka hidup makmur. Riba adalah akar kesengsaraan umat.

Buya Hamka mengungkapkan bahaya riba, yakni riba merupakan suatu kejahatan yang meruntuhkan hakikat dan tujuan Islam dan iman. Riba menyebabkan hancurnya ukhuwah di antara orang yang beriman dan perselisihan antar sesama manusia. Riba benar-benar merupakan pemerasan manusia terhadap manusia yang lain. Segelintir orang yang mengisap riba dengan seenaknya menggoyang-goyangkan kakinya dan dari bulan ke bulan, tahun ke tahun mereka menerima kekayaan yang berlimpah dengan tidak bekerja sama sekali. Sementara, orang yang diisap riba memeras keringat hanya untuk menambah kekayaan orang lain, seolah-olah ia menjadi budak dan sapi perahan.

Kita tidak boleh membiarkan racun riba masuk dan menguasai ekonomi karena jika terjadi, pengisap darah dan para elite predator (binatang yang hidup dengan memakan daging binatang lain) akan menguasai perekonomian, khususnya pasar, dan mereka akan mengisap nilai keringat kita semua. Oleh karena itu, apabila ekonomi berlandaskan pada riba, yang kaya akan semakin kaya dan manusia lainnya menjadi semakin miskin.

Fenomena ini, semoga sedikit banyak membuka mata lahir dan terutama mata batin kita. Selama ini, kita hanya mengenal istilah kapitalisme global tanpa mengetahui dengan jelas siapa entitas atau pribadi, serta wadah dan organisasi yang berada di belakang mereka. Maka, Frasminggi Kamasa menggunakan istilah “sang penindas”. Sementara itu, Syeikh Imran Hosein menyebut mereka dengan istilah, “Golongan mata satu yang ingin menguasai dunia dari Yerusalem.”

Mereka ingin menguasai dunia secara menyeluruh dan paripurna. Dan mereka, sang penindas, adalah:

♦️ Dajjal sebagai sang arsitek;
♦️Ya’juj dan Ma’juj sebagai pembuka jalan Dajjal sebelum ia muncul ke dunia;
♦️ Freemason, Zionisme beserta turunannya sebagai wadah pergerakan dan ideologi;
♦️Korporasi, bankir internasional, globalis Yahudi, elit predator, dan komprador di setiap negara yang merupakan pelaksana agenda Dajjal.

Khusus yang terakhir, mereka adalah penjahat-penjahat kerah putih bersifat dasamuka (incognito) yang saat ini dengan mudah kita kenali tengah mencengkeram dunia melalui organisasi seperti Bilderberg, Council on Foreign Relations. Mereka tidak ingin menguasai dunia seperti yang dilakukan di masa lalu dengan mengirimkan tentara dan membantai rakyat, kecuali kepada umat Islam di Irak dan Afghanistan. Sisa penduduk dunia lainnya ingin mereka kuasai melalui perwakilan (proxy). Mereka mendirikan institusi dan mekanisme yang membuatnya dapat mengendalikan dari pusat. Mereka ingin menciptakan tiruan seperti mereka sehingga proxy tersebut akan memerintah untuk kepentingan mereka. Ini adalah penindasan. Mereka telah membuat kemiskinan struktural dan sistemik di dunia ini dengan sistem riba.²
_______________
2. Frasminggi Kamasa; The Age of Deception, Riba dalam Globalisasi Ekonomi Politik Global, dan Indonesia; Gema Insani; Jakarta; 2012; Hal. 7 & 8

Anda boleh tidak percaya, dan Anda tetap sahabat saya. Silahkan Anda pelajari dengan kritis seraya membuka mata dan pikiran selebar-lebarnya. Buka mata. Bukan hanya mata lahir, tapi mohon kepada Allah agar membukakan mata batin kita. Karena golongan mata satu itu, buta satu matanya lebih merupakan buta mata batin dibanding buta mata fisiknya. Wallahu a’lam.

Oleh karena itu, perkenankan saya menyampaikan solusi sederhana.

Solusi lebih lanjut, silahkan Anda baca tulisan berikut ini:

https://okmirzasyah.wordpress.com/2018/12/30/solusi-bebas-dari-riba-menuju-kemakmuran-yang-kita-cita-citakan/

Merdekakan dan Makmurkan Diri Anda dan Keluarga

Bebaskan diri dan keluarga dari utang. Tinggalkan semua transaksi haram. Miliki uang sunnah, dinar dan dirham, dan pergunakan dalam jual beli.

Berdayakan rezeki yang Allah anugerahkan kepada kita dengan cara:

1. Nafkahkan
Untuk keluarga.

2. Produktifkan

Membuka bisnis dan atau investasi bisnis yang riil. Bisnis yang riil adalah produksi dan perdagangan barang & jasa yang nyata, bukan bisnis jual beli dan sewa menyewa uang kertas beserta turunannya (deposito, obligasi, sukuk, saham di bursa efek, reksadana, uang digital, bit coin, dan sebagainya). Bukan pula asuransi. Mulai gunakan uang sunnah, dinar dan dirham dalam jual beli. Niatkan.

Bisnis dan produksi yang tak ada matinya adalah di bidang pertanian dan peternakan. Umat Islam harus bisa mandiri dalam memenuhi kebutuhan pangannya.

3. Sedekahkan
Baik sedekah wajib yaitu zakat, maupun sedekah sunat berupa infaq, sedekah, maupun wakaf.

4. Jadikan aset yang likuid
Yaitu berbentuk dinar dan dirham. Ataupun emas dan perak.

Mengapa kami lebih menyarankan mengubah fiat money menjadi dinar dan dirham? Karena emas dan perak adalah uang. Bisa juga sebagai perhiasan bagi kaum perempuan. Fungsi sesungguhnya bukan untuk disimpan-simpan. Harus diedarkan.

5. Jadikan aset non likuid yang produktif
Antara lain berupa tanah bangunan yang digunakan dan bermanfaat bagi manusia.

6. Jangan simpan uang kertas dan segala turunannya
Kecuali sebatas biaya operasional yang diperlukan.

Niatkan itu semua dengan tulus dan murni sebagai pengabdian kepada Allah. Semoga Allah meridai. Aamiin.

Medan, Sabtu, 21 Syawal 1441 H
13 Juni 2020 M

OK. Mirza Syah

Tinggalkan komentar