KISAH HABIL DAN QABIL

KISAH HABIL DAN QABIL

Kisah Dua Putra Adam, Qabil dan Habil, Merupakan Cermin Perbuatan Zalim, Dengki dan Brutal

۞ وَٱتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ٱبْنَىْ ءَادَمَ بِٱلْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ ٱلْءَاخَرِ قَالَ لَأَقْتُلَنَّكَ ۖ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ ٱللَّهُ مِنَ ٱلْمُتَّقِينَ .٢٧

Watlu ‘alaihim naba`abnai ādama bil-ḥaqq(i), iż qarrabā qurbānan fa tuqubbila min aḥadihimā wa lam yutaqabbal minal-ākhar(i), qāla la`aqtulannak(a), qāla innamā yataqabbalullāhu minal-muttaqīn(a).

Dan ceritakanlah (Muhammad) yang sebenarnya kepada mereka tentang kisah kedua putra Adam, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka (kurban) salah seorang dari mereka berdua (Habil) diterima, dan dari yang lain (Qabil) tidak diterima. Dia (Qabil) berkata, “Sungguh, aku pasti membunuhmu!” Dia (Habil) berkata, “Sesungguhnya Allah hanya menerima (amal) dari orang yang bertakwa.”

(QS.5 Al-Mā’idah: 27)

Allah menganugerahi Nabi Adam dan Hawa anak yang banyak. Nabi Adam mengajarkan tauhid dan keimanan pada anak-anaknya.

Ketika Hawa melahirkan keturunan, maka lahirlah seorang laki-laki dan seorang perempuan. Begitu pula ketika melahirkan kedua kalinya. Pertama kali lahirlah Qabil dan saudari kembarnya Iklima. Kemudian Habil dan saudari kembarnya Labuda.

Saat Habil dan Qabil tumbuh dewasa, maka sudah saatnya mereka menikah. Atas perintah Allah, anak laki-laki dari kehamilan yang pertama dinikahkan dengan anak perempuan dari kehamilan yang kedua. Dan anak laki-laki dari kehamilan yang kedua dinikahkan dengan anak perempuan dari kehamilan yang pertama.

Saudara perempuan Habil berparas jelek sedangkan saudara perempuan Qabil berwajah cantik jelita.

Menurut aturan yang ada, Habil menikahi saudara perempuan Qabil dan Qabil menikahi saudara perempuan Habil. Tetapi, Qabil ingin menikahi saudara perempuannya sendiri yang rupanya sangat cantik. Nabi Adam as. telah menasihatinya, tetapi ia tidak mau mendengar nasihat ayahnya.

Lalu akhirnya Nabi Adam as. memerintahkan kepada keduanya untuk menyediakan sesuatu untuk dikurbankan. Barangsiapa yang kurbannya diterima, maka dialah yang menikahi saudara perempuan Qabil.

Maka keduanya pun menyerahkan yang ia miliki untuk dikurbankan. Mereka meletakkan persembahan di tempat yang tinggi. Habil mengurbankan seekor domba yang sangat bagus, sedangkan Qabil hanya mengurbankan seikat gandum. Jika api datang dan menyambar persembahan tersebut, itu berarti Allah telah menerimanya.

Dan ternyata, yang diterima hanyalah kurban Habil yang dimakan oleh api yang datang dari langit yang menjadi tanda diterimanya pengurbanan. Allah memilih persembahan Habil, karena Allah menyukai persembahannya.

Lalu Qabil pun dengki dan iri hati karena kurban yang dimakan api hanyalah milik Habil. Qabil mendatangi Habil dan bertanya mengapa persembahannya tidak diterima Allah swt.

Habil menjelaskan bahwa sesungguhnya Qabil tidak bersungguh-sungguh dalam memberikan persembahan kepada Allah swt. Itu sebabnya Allah tidak menerima persembahannya.Habil berkata, “Sesungguhnya Allah hanya menerima (amal) dari orang yang bertakwa.” “Qāla innamā yataqabbalullāhu minal-muttaqīn(a).”

Setelah mendengar jawaban Habil, Qabil menjadi marah dan berhasrat membunuh Habil. “Sungguh, aku pasti membunuhmu!”

“Sungguh, jika engkau menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Aku takut kepada Allah, Tuhan seluruh alam.” Jawab Habil kepada saudaranya.

“Sesungguhnya aku ingin agar engkau kembali dengan (membawa) dosa (membunuhku) dan dosamu sendiri, maka engkau akan menjadi penghuni neraka; dan itulah balasan bagi orang yang zalim.”

Maka nafsu Qabil mendorongnya untuk membunuh saudaranya. Qabil mengambil batu dan memukulkannya ke kepala saudaranya. Maka jadilah ia orang yang merugi.

Tatkala saudaranya itu telah mati, ia tidak tahu bagaimana cara menguburkannya. Lalu, Allah swt. mengutus dua ekor burung gagak yang sedang berkelahi. Akhirnya salah satu dari keduanya berhasil membunuh yang lainnya. Kemudian, gagak itu menggalikan lubang untuk temannya yang mati, lalu menguburkannya sampai bangkainya tidak terlihat.

Setelah melihat peristiwa itu, Qabil akhirnya menguburkan saudaranya. Ia sangat menyesal telah membunuh saudaranya.

Nabi Adam dan Hawa sangat sedih atas kematian Habil, yang terbunuh secara zalim. Ia juga sedih terhadap Qabil, yang telah menentang dan melawan perintah Allah.

HADIS PILIHAN

Rasulullah saw. bersabda, “Si pembunuh dan terbunuh dimasukkan ke dalam neraka.” Maka sahabat ra. bertanya, “Kalau si pembunuh bisa kami maklumi. Tetapi, mengapa si terbunuh dimasukkan pula ke neraka?” Rasulullah saw. menjawab, “Sesungguhnya dia pun berkemauan keras untuk membunuh temannya itu.” (Sahīh Al-Bukhāri)

Dari Sa’ad bin Abi Waqaş, Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya akan terjadi suatu fitnah di mana orang yang duduk di dalamnya lebih baik daripada orang yang berdiri, orang yang berdiri lebih baik daripada orang yang berjalan, orang yang berjalan lebih baik daripada orang yang bergegas (berlari kecil).” Sa’ad berkata, “Bagaimana pendapat engkau bila seseorang masuk ke rumahku, kemudian mengulurkan tangannya untuk membunuhku?” Rasulullah saw. bersabda, “Bersikaplah seperti anak Adam (Habil).” Perawi membacakan QS Al-Mâ’idah: 28. (HR Abu Dawud, At-Tirmizi; menyatakannya hasan, Al-Hakim; menyatakannya sahih, dan Ahmad)

لَئِنۢ بَسَطتَ إِلَىَّ يَدَكَ لِتَقْتُلَنِى مَآ أَنَا۠ بِبَاسِطٍ يَدِىَ إِلَيْكَ لِأَقْتُلَكَ ۖ إِنِّىٓ أَخَافُ ٱللَّهَ رَبَّ ٱلْعَٰلَمِينَ .٢٨

La`im basatta ilayya yadaka litaqtulanī mā ana bibāsiṭiy yadiya ilaika li`aqtulak(a), innī akhāfullāha rabbal-‘ālamīn.

(Habil berkata kepada Qabil) “Sesungguhnya kalau engkau mengayunkan tanganmu untuk membunuhku, niscaya aku tidak akan mengayunkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah Tuhan seru sekalian alam.”

(QS. 5 Al-Mā’idah: 28)

Disebutkan dalam sebuah Hadis, “Tiada seorang pun yang terbunuh secara aniaya, melainkan atas anak Adam yang pertama tanggungan sebagian darahnya, karena dialah orang yang mula-mula mengadakan pembunuhan. (Şahīh Al-Bukhāri dan Şahīh Muslim).

Imam Ibnu Kaśir rahimahullāh menuliskan dengan jelas bahwa di dunia Qabil juga telah mendapatkan hukuman karena membunuh Habil secara aniaya.Dalam sebuah Hadis Rasulullah saw. bersabda, “Tidak ada suatu dosa pun yang lebih layak disegerakan siksaannya oleh Allah buat pelakunya selain bagyu (pembunuhan) dan memutuskan tali silaturahim.” (Sunan Abu Dawud, Sunan Ibnu Mājah, dan Musnad Ahmad).

Imam Ibnu Kaśir menuliskan bahwa kedua perbuatan tersebut telah terkumpul dalam perbuatan Qabil. Maka, kita hanya dapat mengatakan bahwa sesungguhnya kita adalah milik Allah dan hanya kepada-Nya lah kita semua akan kembali.

RENUNGAN KISAH

Kisah dua putra Adam, Qabil dan Habil, merupakan cermin perbuatan zalim, dengki dan brutal. Buah kezaliman dan kedengkian adalah penyesalan di dunia dan akhirat. Kezaliman dan kedengkian membuahkan kerusakan mental dan fisik orang yang memeliharanya.

Kepustakaan:
Al-Qur’anku Masterpiece 55 in 1

Tinggalkan komentar