CINTA TERBAIK SEORANG ISTRI

CINTA TERBAIK SEORANG ISTRI

Oleh: Erwandi Us.

_________
Pernahkah mendengar kisah nyata suami setia yang tidak pernah menikah lagi meski istrinya bertahun-tahun menderita penyakit? Pernahkah mendengar cerita cinta Habibie dan Ainun yang melankolis itu? Pernahkah mendengar cerita Muhammad sang Rasulullah yang ketika berumahtangga dengan Khadijah tidak melakukan poligami sama sekali?

Semua lelaki ini mungkin memiliki sejumlah alasan. Jauh hari sebelum sang istri sakit, jauh hari ketika sang Ainun meninggalkan dunia, jauh hari sebelum sang Rasulullah menjadi penguasa, para perempuan ini memiliki persamaan, mereka memberikan cinta terbaik mereka untuk suami mereka. Mereka membangun ikatan emosional dan keakraban dengan suami mereka.

Apa yang ingin diungkapkan disini adalah, ketika kita merasa dicintai dengan sebenar-benarnya, ada perasaan tak nyaman jika kita menyakiti orang yang memberikan cinta itu. Semua lelaki yang tak bersedia melakukan poligami di atas, meski mereka bisa melakukannya, bisa jadi karena memiliki perasaan tidak nyaman untuk melakukannya, karena merasa sangat dicintai sang istri.

Majnun mencintai Laila, bukan karena bentuknya, sebab bentuk hanyalah piala emas. Tetapi yang terpenting di antara bentuk adalah isinya. Bagaimana jika sebentuk piala emas dengan bertabur batu mulia, tetapi di dalamnya cuka yang asam. Sebuah guci tanah liat, bisa lebih menarik jika di dalamnya berisi madu murni yang mendatangkan manfa’at bagi kehidupan. Itulah dia wanita, bentuk luarnya, badaniahnya laksana piala, di dalamnya mengandung cinta suci dan luhur. Begitu indahnya cinta seorang wanita, tidak hanya kebahagiaan untuk dirinya, tetapi dengan segala aktivitas sehari-harinya, tulus untuk kebahagiaan suami tercinta dan seluruh anggota keluarganya.

Wanita yang luhur cintanya, akan mengorbankan apa saja untuk kebahagiaan suami, anak dan keluarga. Laksana Khadijah istri Rasulullah Saw, yang ketika suami ditimpa duka dan kesusahan siap berdiri di sampingnya. Senantiasa memberikan hiburan, dan kebahagiaan kepadanya dengan seluruh jiwa raganya.

Agama Islam mengajarkan, hidup dengan sikap syukur dan sabar. Jika diberi kenikmatan hidup, sikapilah dengan bersyukur, dan jika mendapat musibah, terimalah dengan penuh kesabaran.

Sebuah riwayat di zaman Harun Al-Rasyid, ada seorang Perdana Menteri bernama Al-Asma’i. Ketika sedang berburu ia bertemu dengan seorang wanita cantik di sebuah kemah padang Sahara. Asma’i yang kehausan meminta minum, tetapi wanita itu mengatakan ia tidak dapat menyediakannya, karena suaminya tidak mengizinkan memberi minum kepada orang lain. Tidak lama suaminya datang, seorang kakek tua berkulit hitam, berpenampilan tidak menarik. Wanita itu dengan setia membantu kakek tua itu turun dari untanya, lalu mencuci kaki dan tangannya, kemudian dibawanya masuk orang tua itu ke dalam kemah.

Ketika wanita itu keluar dari kemah, Asma’i bertanya: “Kamu dengan segala kecantikan dan kemudaanmu, sangat bergantung kepada orang seperti dia. Apakah karena hartanya? Sedangkan dia miskin. Apakah karena ketampanannya? Sedangkan dia berpenampilan tidak menarik. Usianya juga sudah tidak muda lagi.”
Mendengar kata-kata Asma’i wanita itu menjadi marah, dengan suara keras berkata: “Hai Asma’i Akulah yang menyesalkan kamu. Aku tidak menyangka seorang Perdana Menteri Harun Al-Rasyid berusaha menghapus kecintaanku kepada suamiku. Wahai Asma’i tidakkah kau tau mengapa aku lakukan semua ini? Aku mendengar Rasulullah bersabda: Iman itu setengahnya adalah kesabaran dan setengahnya lagi adalah syukur. Aku bersyukur kepada Allah karena telah menganugerahkan kepadaku kemudaan, kecantikan dan akhlak yang baik. Aku ingin menyempurnakan setengah imanku lagi dengan kesabaran dalam berkhidmat kepada suamiku.”

Jika ada orang yang bersyukur, tapi ia tidak bisa bersabar, berarti imannya belum sempurna, karena ia kehilangan setengah imannya yang lain. Inilah kecintaan seorang istri, yang dengan sabar berkhidmat kepada suaminya. Wanita yang bersuamikan lelaki tua, miskin dan berpenampilan tidak menarik itu, ingin menyempurnakan setengah keimanannya dengan kesabaran setelah ia bersyukur.
_________
Medan, 14 Mei 2020

Tinggalkan komentar