JIKA TERLANJUR BERUTANG RIBA

SOLUSI JIKA TERLANJUR BERUTANG RIBA

مَنْ أَخَذَ أَمْوَالَ النَّاسِ يُرِيدُ أَدَاءَهَا أَدَّى اللَّهُ عَنْهُ ، وَمَنْ أَخَذَ يُرِيدُ إِتْلاَفَهَا أَتْلَفَهُ اللَّهُ

“Siapa yang mengambil harta orang lain (di antaranya berutang) lantas ia bertekad untuk mengembalikannya, maka Allah akan menolongnya (untuk melunasi utang tersebut). Siapa yang meminjam harta orang lain (di antaranya berutang) lantas ia bertekad untuk tidak mengembalikannya, maka Allah akan menghancurkan dirinya (hidupnya akan sulit).”

(HR. Bukhari, no. 2387)

Di antara kita banyak yang berfikir, aku sudah tidak mau melakukan dosa riba lagi, bahkan ngutang tanpa riba pun akan aku hindari, karena menjadi beban yang menyusahkan hidup. Namun, aku masih menyimpan beban di masa lalu hidupku, yaitu bertumpuknya utang riba yang membuat hidupku menjadi susah, gelisah, bahkan sengsara dan menderita. Lantas, bagaimana caraku menyelesaikannya?Maka berikut ini adalah langkah-langkah yang seharusnya kita lakukan apabila sudah terlanjur berutang riba. Agar Allah berkenan menolong kita bisa segera melunasinya.

BAGIAN I: WUKUF DAN LONTAR JUMROH

1. Mulailah dengan me time sama Allah. Berfikir. Merenungkan. Membaca. Untuk mengenali diri sendiri. Untuk mengenal Sang Maha Pencipta.

Merenungkan apa yang telah kita perbuat selama ini. Merenungkan dan berfikir apakah ada sesuatu yang salah yang telah dilakukan dan bagaimana cara memperbaikinya?

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (1) خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (2) اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ (3) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (4) عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ (5)

“Iqra’ bismi rabbikalladzi khalaq. Khalaqal insaana min’alaq. Iqra’ warabbukal akram. Alladzii ‘allama bil qalam. ‘Allamal insaana maa lam ya’lam.Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang paling Pemurah. Yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

(Q.S. Al-‘Alaq 96:1-5)

ُمَنْ عَرَفَ نَفْسَهُ فَقَدْ عَرَفَ رَبَّه

Man arafa nafsahu arafa rabbahu.

“Barang siapa yang mengenal dirinya, sungguh ia telah mengenal Tuhannya.”

2. Membangun kesadaran diri bahwa masalah utama dalam hidup bukan utang riba, tapi hubungan kita yang bermasalah dengan Allah, Tuhan pencipta langit dan bumi beserta segala isinya.

Mari kita belajar dari kisah Nabi Yunus as.

وَذَا ٱلنُّونِ إِذ ذَّهَبَ مُغَٰضِبًا فَظَنَّ أَن لَّن نَّقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَىٰ فِى ٱلظُّلُمَٰتِ أَن لَّآ إِلَٰهَ إِلَّآ أَنتَ سُبْحَٰنَكَ إِنِّى كُنتُ مِنَ ٱلظَّٰلِمِينَ .٨٧

“Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: ‘Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim.'”

(Q.S. Al Anbiyaa 21:87)

Begitu Nabi Yunus ditelan ikan paus maka yang pertama dan utama, ia menyadari kesalahan dan khilafnya, kemudian mengakui dan meminta ampun sama Allah. Karena itu, yang pertama, kita fokus memperbaiki hubungan yang sempat memburuk dengan Allah, bukan langsung fokus mencari jalan keluar dari masalah utang riba kita.

3. Berani mengakui bahwa masalah yang dialami adalah karena kesalahan diri sendiri tanpa mencari kambing hitam orang lain apalagi sampai menyalahkan Allah.

مَّآ أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ ٱللَّهِ ۖ وَمَآ أَصَابَكَ مِن سَيِّئَةٍ فَمِن نَّفْسِكَ ۚ وَأَرْسَلْنَٰكَ لِلنَّاسِ رَسُولًا ۚ وَكَفَىٰ بِٱللَّهِ شَهِيدًا .٧٩

“Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi.”

(Q.S. An Nisaa 4:79)

4. Taubatan nasuha.

Taubat adalah kembali kepada jalan Allah yang lurus. Secara syar’i, taubat adalah meninggalkan dosa karena takut pada Allâh, menganggapnya buruk, menyesali perbuatan maksiatnya, bertekad kuat untuk tidak mengulanginya, dan memperbaiki apa yang mungkin bisa diperbaiki kembali dari amal yang dilakukan.

Taubatan nasuha:
1. Menyadari kesalahan dan dosa
2. Istighfar minta ampun sama Allah
3. Berjanji tidak mengulangi lagi
4. Mandi besar (disarankan bukan harus)
5. Shalat taubat

Faktor utama dalam taubat adalah beristighfar memohon ampun kepada-Nya, membersihkan diri dari segala belenggu antara lain: kesombongan (merasa lebih baik dari orang lain), prasangka negatif, iri, dengki, tamak, serakah, pelit, dan berbagai penyakit-penyakit hati lainnya.

فَلَا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى

“Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa”

(QS. An Najm 53:32)

Dengan istighfar, memohon ampun dengan penuh kesungguhan kepada Allah, dan meninggalkan segala maksiat dan dosa, maka Dia akan menganugerahkan kita rezeki dari langit dan bumi.

فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا (10) يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا (11) وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا (12)

“Maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.”

(QS. Nuh 71:10-12)

5. Berdoa.

وَقَالَ رَبُّكُمُ ٱدْعُونِىٓ أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِى سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ .٦٠”

Dan Tuhanmu berfirman: ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.'”

(Q.S. Al Ghaafir 40:60)

“Doa adalah senjata seorang Mukmin dan tiang (pilar) agama serta cahaya langit dan bumi.”

(HR Abu Ya’la).

Doa juga merupakan otak atau inti ibadah. Rasulullah bersabda,

“Doa itu adalah otaknya ibadah.”

(HR Abu Dawud dan At-Tirmidzi).

Pada suatu hari, salah seorang sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, pesankan sesuatu kepadaku yang akan berguna bagiku dari sisi Allah.” Rasulullah menjawab, “Perbanyaklah berdoa. Sesungguhnya kamu tidak mengetahui kapan doamu akan terkabul.”

(HR Ath-Thabrani)

Dalam hal agar Allah berkenan melunasi utang kita, maka ada cukup banyak doa-doa yang diajarkan Nabi Muhammad Shalllahu alaihi wasallam, antara lain berikut ini.

Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Mu’az datang menghadap Rasulullah saw. dan mengadukan perihal utangnya. Maka Rasulullah saw. memerintahkan Mu’az untuk membaca ayat 26 dan 27 (Surah Ali Imran) lalu membaca doa: Rahmânad-dunyâ wal-âkhirati wa rahima humâ, tugni man tasyâ’ minhumâ, wa tamna’u man tasyâ’, irhamnî rahmatan tugninî bihâ ‘an rahmati man siwâka, Allâhumma agninî ‘anil-faqri, waqdi ‘annid-daina.

Silahkan baca artikel selengkapnya di:https://okmirzasyah.wordpress.com/2018/03/07/doa-dalam-al-quran-untuk-bebas-dari-utang/

Ada dua cara berdoa kepada Allah yang bisa kita lakukan:

1. Doa lisan
2. Doa tulisan

Lakukan keduanya agar doa kita makin powerful, sebagai bagian dari usaha merayu Allah agar berkenan menolong kita.

Dan berikut ini adalah contoh doa tertulis untuk lunas utang dan riba.

BISMILLĀHIRRAHMĀNIRRAHĪM DOA LUNAS UTANG

Alhamdulillah atas izin Mu Ya Allah Ya Mujiib pada tanggal……………….. semua utang-utangku akan Engkau lunasi Ya Rabbi. Aamiin. Al Fātihah

………….,…………. 2019

(Nama)

6. Bersyukur.

Seberapa teruk dan parahnya kondisi yang dialami akibat kesalahan kita sendiri itu, maka tetap awali segala sesuatunya dengan senantiasa bersyukur. Dan nikmat terbesar yang harus kita syukuri adalah kehidupan. Bukankah kita masih hidup sehingga masih diberi kesempatan Allah untuk memperbaiki diri?

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ .٧

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.”

(Q.S. Ibrahim 14:7)

7. Tinggalkan riba dan maksiat lainnya, hijrah total.

Tidak ada jalan lain. Hentikan. Tinggalkan. Lakukan sekarang juga! Atau menderita dunia akhirat karenanya!

ٱلَّذِينَ يَأْكُلُونَ ٱلرِّبَوٰا۟ لَا يَقُومُونَ إِلَّا كَمَا يَقُومُ ٱلَّذِى يَتَخَبَّطُهُ ٱلشَّيْطَٰنُ مِنَ ٱلْمَسِّ ۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوٓا۟ إِنَّمَا ٱلْبَيْعُ مِثْلُ ٱلرِّبَوٰا۟ ۗ وَأَحَلَّ ٱللَّهُ ٱلْبَيْعَ وَحَرَّمَ ٱلرِّبَوٰا۟ ۚ فَمَن جَآءَهُۥ مَوْعِظَةٌ مِّن رَّبِّهِۦ فَٱنتَهَىٰ فَلَهُۥ مَا سَلَفَ وَأَمْرُهُۥٓ إِلَى ٱللَّهِ ۖ وَمَنْ عَادَ فَأُو۟لَٰٓئِكَ أَصْحَٰبُ ٱلنَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خَٰلِدُونَ .٢٧٥

“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.”

(Q.S. Al Baqarah 2:275)

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَذَرُوا۟ مَا بَقِىَ مِنَ ٱلرِّبَوٰٓا۟ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ .٢٧٨

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.”(Q.S. Al Baqarah 2:278)

BAGIAN II: THAWAF

Utang riba adalah implikasi dari hubungan kita yang buruk dengan Allah. Kita terjebak utang riba, karena 2 hal,
1. Karena kita tidak belajar, sehingga tidak paham apa itu riba. Padahal menuntut ilmu (agama) adalah sebuah kewajiban.
2. Karena orientasi hidup kita bukan Allah, tapi orientasi hidup materi dan apapun selain Allah. Apakah gengsi, uang, pangkat jabatan, anak, keluarga, kesehatan, pendidikan, harga diri, dan lain sebagainya. Semua orientasi hidup tersebut adalah fana, akan lenyap, dan takkan menimbulkan kebahagiaan yang abadi. Membuat diri menjadi manusia yang rapuh, goyah menghadapi segala masalah dan tantangan kehidupan. Bagaikan sarang laba-laba yang rapuh dan lemah.

مَثَلُ ٱلَّذِينَ ٱتَّخَذُوا۟ مِن دُونِ ٱللَّهِ أَوْلِيَآءَ كَمَثَلِ ٱلْعَنكَبُوتِ ٱتَّخَذَتْ بَيْتًا ۖ وَإِنَّ أَوْهَنَ ٱلْبُيُوتِ لَبَيْتُ ٱلْعَنكَبُوتِ ۖ لَوْ كَانُوا۟ يَعْلَمُونَ .٤١

“Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui.”

(Q.S. Al ‘Ankabut 29:41)

8. Karena itu, pastikan kita bersandar hanya kepada Allah. Hanya Allah sandaran hidup kita.

لَآ إِكْرَاهَ فِى ٱلدِّينِ ۖ قَد تَّبَيَّنَ ٱلرُّشْدُ مِنَ ٱلْغَىِّ ۚ فَمَن يَكْفُرْ بِٱلطَّٰغُوتِ وَيُؤْمِنۢ بِٱللَّهِ فَقَدِ ٱسْتَمْسَكَ بِٱلْعُرْوَةِ ٱلْوُثْقَىٰ لَا ٱنفِصَامَ لَهَا ۗ وَٱللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ .٢٥٦

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

(Q.S. Al Baqarah 2:256)

Berhijrahlah hanya untuk Allah dan rasul-Nya. Tanamkan cinta yang tertinggi di hati, yaitu hanya cinta kepada Allah, yang melebihi cinta kita kepada segala-galanya, apakah uang, harta, usaha, pangkat jabatan, kesehatan, harga diri, dan anak (keluarga).

قُلْ إِن كَانَ ءَابَآؤُكُمْ وَأَبْنَآؤُكُمْ وَإِخْوَٰنُكُمْ وَأَزْوَٰجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَٰلٌ ٱقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَٰرَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَٰكِنُ تَرْضَوْنَهَآ أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَجِهَادٍ فِى سَبِيلِهِۦ فَتَرَبَّصُوا۟ حَتَّىٰ يَأْتِىَ ٱللَّهُ بِأَمْرِهِۦ ۗ وَٱللَّهُ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلْفَٰسِقِينَ .٢٤

“Katakanlah: “jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya”. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.”

(Q.S. At Taubah 9:24)

9. Luruskan niat, hanya untuk meraih ridha Allah.

“Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan.”

(HR. Bukhari – Muslim)

Niat yang lurus, tulus dan murni itu dilakukan dengan memegang teguh 6 prinsip mental yang kuat dan tak tergoyahkan:
1. Allah prinsipku
Allah prinsip utama dan satu-satunya dalam hidup. Allah dulu, Allah lagi, Allah terus.
2. Malaikat mencatat setiap perbuatanku
Sadar bahwa dimanapun kita berada, ada malaikat di kanan dan kiri yang mencatat setiap kebaika dan keburukan yang kita lakukan.
3. Al-Qur’an pedomanku
Menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup. Baca, pelajari, dan amalkan Al-Qur’an.
4. Nabi dan rasul teladanku
Menjadikan para nabi dan rasul, dengan Nabi Muhammad Shalllahu alaihi wasallam sebagai khataman nabiyyin, sebagai suri teladan yang dikuti.
5. Surga cita-citaku
Mati masuk surga, menatap wajah Allah Yang Maha Indah adalah cita-cita kita yang tertinggi.
6. Ikhlas dan tawakkal sikapku
Ikhlas dan tawakkal terhadap setiap peran dan hasil yang Allah berikan.

10. Minta maaf, berbakti, doakan, dan mohon didoakan, kepada kedua orangtua, dan mertua. Sebelum memohon doa pada orangtua, minta maaf dan berbaktilah kepadanya, buat mereka berdua bahagia dengan tingkah laku kita.

وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا

“Dan Rabb-mu telah memerintahkan agar kamu jangan beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada ibu-bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, ‘Ya Rabb-ku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.’”

(Q.S. Al-Israa’ 17:23-24)

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ لاَ تُرَدُّ دَعْوَةُ الْوَالِدِ ، وَدَعْوَةُ الصَّائِمِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ

“Tiga doa yang tidak tertolak yaitu doa orang tua, doa orang yang berpuasa dan doa seorang musafir.”

(HR. Al Baihaqi dalam Sunan Al Kubro. Syaikh Al Albani mengatakan hadits ini shahih sebagaimana dalam As Silsilah Ash Shahihah no. 1797).

Selain sifatnya umum, ada alasan spesifik berkaitan dengan utang riba, mengapa kita harus meminta maaf kepada kedua orang tua.

Sabda Nabi Shalllahu alaihi wasallam :

الربا ثلاثة وسبعون باباً أيسرها مثل أن ينكح الرجل أمه

“Riba mempunyai 73 macam dosa, yang paling ringan seperti laki-laki yang menikahi (berzina) dengan ibu kandungnya sendiri.”

(HR Hakim).

Maka tak heran jika orangtua, dan keluarga dari pelaku riba terkena sakit bahkan sampai sakit berat, yang bisa jadi akibat dosa riba yang dilakukan sang anak, baik disadari ataupun tidak.

يَمْحَقُ ٱللَّهُ ٱلرِّبَوٰا۟ وَيُرْبِى ٱلصَّدَقَٰتِ ۗ وَٱللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ كَفَّارٍ أَثِيمٍ .٢٧٦

“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.”

(Q.S. Al Baqarah 2:276)

Salah satu yang dimusnahkan Allah adalah kekayaan fisik dari para pelaku riba dan keluarganya, antara lain uang, harta benda, kesehatan, pelan-pelan dimusnahkan oleh Allah. Sampai ia taubat dan menghentikan dosa riba tersebut.

BAGIAN III: SA’I – ACTION!

بُنِيَ اْلإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسَةٍ : عَلَى أَنْ يُوَحِّدَ اللهَ (وَ فِيْ رِوَايَةٍ عَلَى خَمْسٍ) شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَإِقَامِ الصَّلاَةِ وَإِيْتَاءِ الزَّكَاةِ وَصِيَامِ رَمَضَانَ وَالْحَجِّ

“Islam dibangun atas lima perkara yaitu men-tauhid-kan Allah, dalam riwayat lain : bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan sholat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan haji.”

(HR. Bukhari I/12 no.8, dan Muslim I/45 no.19, dari Abdullah bin Umar rodhiyallahu anhuma)

10. Action dimulai dengan menetapkan misi. Misi hidup adalah pengabdian kepada Allah. Pernyataan misi hidup (mission statement) kita adalah dua kalimat syahadat.

وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ .٥٦

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”

(Q.S. Adz-Dzaariyaat 51:56)

Mulai saat ini, berorientasilah hanya kepada-Nya. Dengan terus beramal saleh sesuai tuntunan-Nya.

وَمَآ أُمِرُوٓا۟ إِلَّا لِيَعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ وَيُقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤْتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ ٱلْقَيِّمَةِ .٥”

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.”

(Q.S. Al Bayyinah 98:5)

Dalam memutuskan sesuatu, berkiblatlah kepada Allah, bukan kepada keluarga, teman, handai taulan ataupun yang lain selain Allah.

وَمِنْ حَيْثُ خَرَجْتَ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ ٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ ۚ وَحَيْثُ مَا كُنتُمْ فَوَلُّوا۟ وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُۥ لِئَلَّا يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَيْكُمْ حُجَّةٌ إِلَّا ٱلَّذِينَ ظَلَمُوا۟ مِنْهُمْ فَلَا تَخْشَوْهُمْ وَٱخْشَوْنِى وَلِأُتِمَّ نِعْمَتِى عَلَيْكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ .١٥٠

“Dan dari mana saja kamu (keluar), maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu (sekalian) berada, maka palingkanlah wajahmu ke arahnya, agar tidak ada hujjah bagi manusia atas kamu, kecuali orang-orang yang zalim diantara mereka. Maka janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku (saja). Dan agar Ku-sempurnakan nikmat-Ku atasmu, dan supaya kamu mendapat petunjuk.”

(Q.S. Al Baqarah 2:150)

Dan pernyataan misi kita adalah dua kalimat syahadat.

أشهدُ أنْ لا إلهَ إلاَّ الله
وأشهدُ أنَّ محمّدًا رسولُ الله

Aku bersaksi tidak ada Ilah selain Allah, dan aku bersaksi Nabi Muhammad utusan Allah.

12. Tegakkan shalat.

وَأَقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ وَٱرْكَعُوا۟ مَعَ ٱلرَّٰكِعِينَ .٤٣

“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang yang ruku’.”

(Q.S. Al Baqarah 2:43)

Dengan menegakkan shalat maka kita tercegah untuk kembali melakukan perbuatan keji dan mungkar, termasuk riba.

ٱتْلُ مَآ أُوحِىَ إِلَيْكَ مِنَ ٱلْكِتَٰبِ وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ ۖ إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ تَنْهَىٰ عَنِ ٱلْفَحْشَآءِ وَٱلْمُنكَرِ ۗ وَلَذِكْرُ ٱللَّهِ أَكْبَرُ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ .٤٥

“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

(Q.S. Al ‘Ankabut 29:45)

13. Tunaikan zakat, suburkan infaq sedekah

ٱلَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِٱلْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَمِمَّا رَزَقْنَٰهُمْ يُنفِقُونَ .٣

“(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka.”

(Q.S. Al Baqarah 2:3)

Sedekah yang terbaik, dilakukan setelah memberikan nafkah bagi keluarga.Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

خَيْرُ الصَّدَقَةِ مَا كَانَ عَنْ ظَهْرِ غِنًى ، وَابْدَأْ بِمَنْ تَعُولُ

Sedekah terbaik adalah sedekah setelah kebutuhan pokok dipenuhi. Dan mulailah dari orang yang wajib kamu nafkahi.

(HR. Bukhari 1360 & Muslim 2433)

Sedekah adalah antitesis riba. Jika riba memberi untuk mengharapkan balasan yang jauh lebih besar, maka sedekah memberi tanpa mengharapkan balasan apapun, kecuali ridha Allah. Allah menyampaikan output berlawanan antara riba dan sedekah ini dengan indah dalam Al-Qur’an, di mana riba akan dimusnahkan-Nya. Sementara di sisi lain, berlawanan dengan perlakuan Allah terhadap riba, maka sedekah akan disuburkan oleh-Nya.

يَمْحَقُ ٱللَّهُ ٱلرِّبَوٰا۟ وَيُرْبِى ٱلصَّدَقَٰتِ ۗ وَٱللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ كَفَّارٍ أَثِيمٍ .٢٧٦

“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.”

(Q.S. Al Baqarah 2:276)

14. Berpuasa.

Puasa adalah perisai, yang membentengi diri dari hawa nafsu yang menyesatkan. Menjaga fitrah kebaikan manusia agar selalu mekar bersemi.Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الصِّيَامُ جُنَّةٌ

“Puasa adalah perisai” (H.R. Bukhari dan Muslim).

15. Haji.

Haji menurut pengertian kamus Bahasa Indonesia adalah rukun islam yang kelima kewajiban ibadah yang harus dilakukan oleh orang Islam yang mampu dengan mengunjungi ka’bah di Masjidil Haram pada bulan haji dan mengamalkan amalan-amalan haji seperti ihram, tawaf, sai,
dan wukuf.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:

وَلِلَّهِ عَلَى ٱلنَّاسِ حِجُّ ٱلْبَيْتِ مَنِ ٱسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا ۚ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ ٱللَّهَ غَنِىٌّ عَنِ ٱلْعَٰلَمِينَ .٩٧

“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.”

(Q.S. Ali Imran 3:97)

Haji merupakan puncak pelatihan untuk membangun ketangguhan pribadi dan ketangguhan sosial. Salah satunya melalui ibadah Sa’i.

Ibadah Sa’i adalah berlari-lari kecil di antara Bukit Shafa dan Marwah. Sebagaimana diabadikannya proses pencarian (usaha) air oleh Siti Hajar untuk dirinya dan anaknya, Ismail.

Sa’i adalah sebuah bentuk usaha yang harus dilaksanakan oleh umat manusia. Bila tidak berusaha, ia sengsara dalam kehidupannya. Jangan pernah berpikir tentang hasilnya. Pasrahkan semuanya pada Allah, karena hanya Dia tempat manusia berpasrah.

Karena itu, teruslah bersa’i, berjuang dengan gigih pantang menyerah seraya bertawakkal pada Allah, hingga air zamzam mengalir dalam hidupmu. Allāhu Akbar Wa Lillāhil Hamd!

16. Berjamaahlah dan jangan tercerai berai

وَٱعْتَصِمُوا۟ بِحَبْلِ ٱللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا۟ ۚ وَٱذْكُرُوا۟ نِعْمَتَ ٱللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَآءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِۦٓ إِخْوَٰنًا وَكُنتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ ٱلنَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ لَكُمْ ءَايَٰتِهِۦ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ .١٠٣

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.”

(Q.S. Ali Imran 3:103)

17. Belajar sungguh-sungguh.

Kita terkena riba antara lain karena karena kita tidak belajar, sehingga tidak paham apa itu riba. Padahal menuntut ilmu (agama) adalah sebuah kewajiban.

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِۦ عِلْمٌ ۚ إِنَّ ٱلسَّمْعَ وَٱلْبَصَرَ وَٱلْفُؤَادَ كُلُّ أُو۟لَٰٓئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔولًا .٣٦

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.”

(Q.S. Al Israa’ 17:36)

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

”Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah).

18. Makanlah dari rezeki yang halal, hentikan semua yang haram termasuk menghentikan cicilan transaksi riba.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ كُلُوا۟ مِمَّا فِى ٱلْأَرْضِ حَلَٰلًا طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُوا۟ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيْطَٰنِ ۚ إِنَّهُۥ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ .١٦٨

“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.”

(Q.S. Al Baqarah 2:168)

Dari Abu Hurairah ra. dia berkata, “Rasulullah saw. bersabda, ‘Sesungguhnya Allah Ta’ala itu baik, tidak menerima kecuali yang baik. Dan sesungguhnya Allah memerintahkan orang beriman sebagaimana Dia memerintahkan para rasul-Nya dengan firman-Nya: ‘Wahai Para Rasul makanlah yang baik-baik dan beramal salehlah.’ Dan Dia berfirman: ‘Wahai orang-orang yang beriman makanlah yang baik-baik dari apa yang Kami rezekikan kepada kalian.’ Kemudian beliau menyebutkan, ‘Ada seseorang melakukan perjalanan jauh dalam keadaan kumal dan berdebu. Dia memanjatkan doa dan mengangkat kedua tangannya ke langit seraya berkata, ‘Ya Rabb-ku, Ya Rabb-ku, padahal makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan kebutuhannya dipenuhi dari sesuatu yang haram, maka (jika begitu keadaannya) bagaimana doanya akan dikabulkan.’”

(HR Muslim).

19. Langsung lunasi utang, bukan dicicil. Pastikan jangan bayar ribanya.

Teknik menyesaikan utang riba adalah dengan langsung melunasi, bukan dengan cara mencicilnya.

“Jika seorang muslim memiliki utang dan Allah mengetahui bahwa dia berniat ingin melunasi utang tersebut, maka Allah akan memudahkan baginya untuk melunasi utang tersebut di dunia.”

(HR. Ibnu Majah, no. 2408; An-Nasa’i, no. 4690)

Melunasi utang itu adalah wajib, sementara membayar riba adalah haram.

وَأَحَلَّ ٱللَّهُ ٱلْبَيْعَ وَحَرَّمَ ٱلرِّبَوٰا۟

Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.

(Q.S. Al Baqarah 2:275)

20. Jual asset. Hilangkan kemelekatan terhadap harta.

Dengan menghilangkan rasa memiliki terhadap harta maka kita akan bisa menjual asset yang kita miliki dengan mudah untuk melunasi utang.

ٱلَّذِينَ إِذَآ أَصَٰبَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوٓا۟ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيْهِ رَٰجِعُونَ .١٥٦

“(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun. Segala sesuatu yang berasal dari Allah akan kembali kepada Allah.”

(Q.S. Al Baqarah 2:156)

21. Tata kembali kondisi keuangan. Berusaha menambah pendapatan, hindari pengeluaran yang tidak perlu apalagi boros.

وَءَاتِ ذَا ٱلْقُرْبَىٰ حَقَّهُۥ وَٱلْمِسْكِينَ وَٱبْنَ ٱلسَّبِيلِ وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا .٢٦إِنَّ ٱلْمُبَذِّرِينَ كَانُوٓا۟ إِخْوَٰنَ ٱلشَّيَٰطِينِ ۖ وَكَانَ ٱلشَّيْطَٰنُ لِرَبِّهِۦ كَفُورًا .٢٧

“Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.”

(Q.S. Al Israa’ 17:26)

Di satu sisi, kita diperintahkan Allah jangan bersikap pelit, namun di sisi lain kita diminta jangan pula boros.

وَلَا تَجْعَلْ يَدَكَ مَغْلُولَةً إِلَىٰ عُنُقِكَ وَلَا تَبْسُطْهَا كُلَّ ٱلْبَسْطِ فَتَقْعُدَ مَلُومًا مَّحْسُورًا .٢٩

“Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal.”

(Q.S. Al Israa’ 17:29)

22. Komunikasikan dengan pihak kreditur untuk membayar sisa utang pokok tanpa membayar ribanya.

Perlu diingat bahwa dalam setiap cicilan utang uang (di bank, leasing, koperasi dll) yang kita bayar, minimal ada 2 elemen di dalamnya, yaitu utang pokok dan bunga/margin/bagi hasil (riba).

Karena melunasi utang itu wajib sementara membayar riba itu haram maka komunikasikan keinginan kita yang sesuai ajaran agama Allah tersebut kepada pihak kreditur, bahwa kita mau melunasi sisa utang pokok tapi tidak mau membayar ribanya karena riba adalah haram dan merupakan dosa besar yang menyengsarakan dunia akhirat. Minta penghapusan riba (bunga, denda dan ongkos lainnya) dari utang kita.

وَإِن تُبْتُمْ فَلَكُمْ رُءُوسُ أَمْوَٰلِكُمْ لَا تَظْلِمُونَ وَلَا تُظْلَمُونَ .٢٧٩

“Dan jika kamu bertaubat, maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.”

(Q.S. Al Baqarah 2:279)

Dan jangan menghitung-hitung atau mengungkit-ungkit cicilan riba yang mereka pungut dan sudah kita bayarkan di masa lalu, fokus agar negosiasi kita minta penghapusan riba bisa terwujud.

فَمَن جَآءَهُۥ مَوْعِظَةٌ مِّن رَّبِّهِۦ فَٱنتَهَىٰ فَلَهُۥ مَا سَلَفَ وَأَمْرُهُۥٓ إِلَى ٱللَّهِ

“Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah.

(Q.S. Al Baqarah 2:275)

Cara berkomunikasi dengan kreditur, sebagaimana halnya doa, maka lakukan secara lisan dan juga tulisan. Jika lisan saja sudah cukup maka Alhamdulillah. Jika lisan tidak cukup, maka lanjutkan dengan menulis surat cinta kepada pihak kreditur yang isinya singkat padat sbb:
A. Salam

B. Pujian kepada Allah dan shalawat kepada Nabi Muhammad

C. Ucapan terimakasih
D. Doakan kreditur
E. Sampaikan niat kuat melunasi utang

F. Tulis berapa jumlah utang yang akan dilunasi (yaitu sejumlah sisa utang pokok atau di bawah sisa utang pokok).

23. Teknik nego dengan kreditur

📚 Dengan bekal mentalitas yang benar, mentalitas kuat.

Insya Allah dengan melaksanakan langkah-langkah dari awal tanpa terkecuali, maka kita sudah memiliki mentalitas yang tangguh. Karena banyak orang yang bernegosiasi dengan kreditur namun merasa posisinya lebih rendah daripada kreditur. Nah, kami ingatkan yang namanya kreditur dan debitur itu levelnya sejajar, nggak mungkin kreditur dapat untung jika tidak ada nasabah atau debitur yang meminjam uang kepada mereka.

Kemudian yang lebih penting lagi, saat kita sudah hijrah meninggalkan riba, sementara kreditur masih bergelimang dalam dosa riba, maka tentu saja berbeda antara derajat kita dan mereka di sisi Allah.

وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ

“Janganlah kamu lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, karena kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.”

(QS. Ali Imran 3:139).

📚 Keep leading, keep writing.

Upayakan bola dan inisiatif berada pada kita bukan pada pihak kreditur. Sekali menulis surat, terus tulis jangan berhenti sampai negosiasi berhasil sesuai tujuan yaitu menghapuskan riba dari sisa utang kita.

📚 Bersikap komunikatif dan koperatif dengan kreditur.

Jika ditelepon, angkat, bicara. Jika disurati, balas. Jika mau datang, terima, sambut dengan baik. Ini kesempatan berdakwah secara langsung pada mereka.

24. Sabar.
Sabar artinya tetap konsisten melakukan sa’i di atas sebagaimana Siti Hajar bersa’i dari Shawa ke Marwa dengan gigih pantang menyerah terhadap rahmat Allah.

وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

“Wahai manusia, Kami akan menguji kalian dengan kesempitan dan kenikmatan, untuk menguji iman kalian. Dan hanya kepada Kamilah kalian akan kembali.”

(QS. Al-Anbiyaa 21:35).

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاةِ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ (١٥٣)

“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”

(Q.S. Al Baqarah 2:153)

25. Maka dengan kegigihan serta kesabaran kita bersa’i seraya senantiasa bertawakkal pada Allah. Bukan berharap pada manusia tapi hanya berharap kepada Allah.

إِنَّمَا أَشْكُو بَثِّي وَحُزْنِي إِلَى اللَّهِ

“Sesungguhnya hanya kepada Allah aku mengadukan penderitaan dan kesedihanku”(QS. Yusuf 12:86).

Maka cepat atau lambat air zamzam akan mengalir dalam kehidupan kita. Utang lunas tanpa membayar ribanya. Kehidupan damai sejahtera. Bahagia di dunia dan di akhirat kelak. Insya Allah. Aamiin.

{‏‏وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا‏}

‏”Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi
bagi tiap-tiap sesuatu.”

(Q.S. Ath Thalaaq 2-3)

Fa’tabiru ya ulil abshor, fa’tabiru ya ulil albab. Ambillah pelajaran wahai orang yang berakal, ambillah pelajaran wahai orang yang memiliki pengetahuan. Moga Allah menganugerahkan kita hidayah dan ketaqwaan. Menuju kesuksesan dan kebahagiaan dunia akhirat. Aamiin.

Medan, Selasa, 12 Maret 2019

OK. Mirza Syah

Tinggalkan komentar