AL BAQARAH: 142

AL BAQARAH (SAPI BETINA): 142
Surat ke-2. Jumlah ayatnya 286.

۞ سَيَقُولُ ٱلسُّفَهَآءُ مِنَ ٱلنَّاسِ مَا وَلَّىٰهُمْ عَن قِبْلَتِهِمُ ٱلَّتِى كَانُوا۟ عَلَيْهَا ۚ قُل لِّلَّهِ ٱلْمَشْرِقُ وَٱلْمَغْرِبُ ۚ يَهْدِى مَن يَشَآءُ إِلَىٰ صِرَٰطٍ مُّسْتَقِيمٍ .١٤٢

142. Sayaqūlus-sufahā’u minan-nāsi mā wal-lāhum ’an qiblatihimul-latī kānū ‘alaihā, qul lillāhil-masyriqu wal-magrib(u), yahdī may yasyā’u ilā ṣiraṭim-mustaqīm(in).

142. Orang-orang yang bodoh di antara manusia akan berkata, “Apakah yang memalingkan kiblat orang-orang mukmin dari kiblatnya dahulu (Baitul Makdis)?” Katakanlah, “Kepunyaan Allah timur dan barat. Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus.”

Ayat 142 s/d 146 mempersoalkan kiblat. Pada mulanya Rasulullah diperintahkan menghadap ke Baitul Makdis. Rasulullah lebih senang menghadap ke Mesjidil Haram yang dibangun Nabi Ibrahim. Sering beliau berdoa menghadap ke hadirat Ilahi agar kiblat ditukar dari Baitul Makdis dengan Mesjidil Haram. Kejadian itu menimbulkan isyu-isyu yang dihembus-hembuskan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani. Allah memerintahkan agar Nabi tetap teguh memegang perintah berkiblat ke Mesjidil Haram. Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan suka selamanya mengikuti kiblat orang-orang mukmin. Dalam masalah kiblat ini, yang diperintahkan, ialah mengarahkan muka ke Mesjidil Haram untuk kesatuan dan persatuan. Jadi bukan persis ke Ka’bah. Itu suatu tanda bahwa umat Islam bukan menyembah Ka’bah. Mereka hanya disuruh mengarahkan muka ke sana. Di dalam ayat 143 disebutkan bahwa umat Islam umat yang berkeseimbangan. Artinya tidak hanya mementingkan rohani meninggalkan jasmani. Begitu juga tidak mencintai dunia saja dengan melupakan akhirat. Seimbang antara rohani dan jasmani, antara usaha untuk dunia dan amal untuk akhirat. Dengan sifat keseimbangan itu, umat Islam menjadi tiru tauladan bagi umat-umat yang lain. Menjadi umat yang kuat, maju dan terhormat.

TAFSIR RAHMAT
H. Oemar Bakry

ASBĀBUN NUZŪL

142. Ketika turun wahyu tentang pemindahan arah kiblat, orang-orang bodoh di antara mereka (kaum musyrik) berkata, “Apa yang membuat mereka berpindah kiblat dari kiblat sebelumnya?” Maka turunlah QS Al-Baqarah: 142.

KOSAKATA PILIHAN

142. Sayaqūlus-sufahā’u minan-nāsi: (orang-orang bodoh di antara manusia akan berkata), yakni orang-orang bodoh dari kalangan yahudi dan musyrikin arab.

Mā wal-lāhum: (apa yang memalingkan mereka [umat Islam]), yakni apa yang memindahkan mereka.

’An qiblatihimul-latī kānū ‘alaihā: (dari kiblat mereka [Baitul Maqdis] yang dahulu mereka berkiblat kepadanya), maksudnya tidak ada yang memindahkan mereka kecuali karena mereka ingin kembali kepada agama leluhur mereka. Menurut pendapat yang lain, mā wal-lāhum: (apa yang memalingkan mereka [umat Islam]), yakni perkara apa yang memindahkan mereka; ’an qiblatihimul-latī kānū ‘alaihā: (dari kiblat mereka yang dahulu mereka berkiblat kepadanya) dan salat menghadap ke arahnya, yaitu ke Baitul Maqdis.

INTISARI TAFSIR IBNU KAŠIR

Perpindahan arah kiblat dari Baitul Maqdis ke Mekah menimbulkan reaksi keras dari kalangan musyrik Arab, pendeta yahudi, dan orang-orang munafik.

TAFSIR RINGKAS AHSANUL BAYÂN

142. Peristiwa pemindahan arah kiblat membuat orang-orang yahudi ribut dan mempertanyakannya. Padahal salat adalah salah satu bentuk ibadah yang ditujukan kepada Allah, dan dalam ibadah, seorang ‘ābid harus taat mengerjakan apa yang diperintahkan kepadanya. Oleh sebab itu, jika Allah mengarahkan kepada satu arah, maka diharuskan menghadap ke arah itu.

Selain itu, Allah yang kita ibadahi adalah Zat yang memiliki seluruh arah baik timur maupun barat. Karena itu, sebenarnya tidak penting bagi-Nya suatu arah. Kita dapat beribadah kepada-Nya dari arah mana pun dengan syarat arah itu telah ditetapkan oleh Allah. Pemindahan arah kiblat terjadi pada waktu salat Asar, maka pada salat Asar, salat dilakukan menghadap ke Baitullah.

AL-QUR’ANKU MASTERPIECE 55 IN 1

Tinggalkan komentar